Contoh Cerpen berjudul Pesta perkawinan

 

Assalamualaikum wr.wb

Kali ini saya akan membagikan contoh cerpen dari cerpenis Yudhi Soenarto  yang berjudul :

Pesta Perkawinan

      Kali ini aku ke Dukuh Turi lagi , ke rumah Asri . Untuk menghadiri pesta perkawinan Ngadiman dengan Sumarni . Bukan untuk Sri ! Aku sengaja berjalan kaki untuk menikmati pemandangan yang sudah lima tahun tak kulihat .
       Pada pagi hari seperti ini biasanya sinar matahari menyelinap diantara daun-daun bambu , membuat lingkaran-lingkaran kecil di tanah . Angin bertiup pelan membuat daun bambu bergoyang pelan ke kiri dan ke kanan dengan serempak . Disanalah Sri dan aku berjalan-jalan jika libur .
       Ah , entah bagaiman sekarang rupa perempuan itu . Masih cantikah ? Dan rambut yang matang yang selalu kupuji-puji keharumannya . Masih adakah ? Apakah matanya sepert bintang kejora ? Apakah.....ah ngawur ! Dia sudah milik orang lain ,Yanto , bisiku dalam hati . Barangkali dia sudah punya anak sekarang . Dia baru menikah empat setengah tahun yang lalu , enam bulan setelah aku berangkat ke Jakarta .
          Pak Karto , bagaimna rupanya sekarang ? Apakah kumisnya masih mblapang ? Apa masih suka sarungan pagi-pagi menyiuli burung ? Kalau saja pak Karto tidak mendesak ku segera melamar......kalau saja dia tidak khawatir Sri jadi perawan tua......kalau saja.......Tidak ! Barangkali Sri memang bukan jodohku . Aku harus menerima kenyataan ini .
           Suara gamelan semakin jelas di telingaku . Dan di pelaminan sana , dirumah pak Karto , Ngadiman bersanding dengan Sumarni .
Kupercepat langkahku . Dibalik Regol itulah rumahnya . Rumah sederhana , setengah tembok , setengah gedhek .

           "Monggo , Monggo ......." ;Beberapa orang pager ayu serempak berdiri melihat kedatanganku . Tidak seorangpun yang kukenal .
Aku tersenyum dan mengagukkan kepala ke kiri kekanan membalas penghormatan mereka . Sudah lama sekali aku tidak mendapat perlakuan seperti ini . Agak canggung rasanya .
           Di samping meja penerima tamu , kulihat bakul yang dua per tiga terisi beras , ada juga beberapa amplop tertimbun di sana . Aku menyerahkan kado yang kubawa dan melangkah masuk . 
        "We...lha salah , mas Yanto....datang juga !" Ngadiman , sang pengantin , tampak agak terkejut melihat kehadiranku . Kami berpelukan .
"Selamat man . Untung kamu" , Ngadiman tersenyum ia kelihatan sangat gembira .
Aku beralih pada Sumarni ,istrinya . Bocah kenes itu sudah menjelma menjadi gadis manis sekarang.....eh , sudah menjadi istri Ngadiman . Seingatku , ia masih suka main karet dan gobak sodor ketika aku lulus SMA . Ibunya kadang-kadang menyuruhnya Merani(mencari kutu) . Sekarang sudah jadi manten . Duh ,cantiknya tidak kalah dengan Sri . Aku memberikannya selamat dan ia tersenyum malu-malu .
         Pak Karto , calon mertuaku yang gagal tidak banyak berubah . Kumisnya masih mblapang dan hanya rambutnya bertambah uban ..aku memberi selamat , mereka tersenyum , kelihatan agak sungkan .
"Monggo , den Yanto ,silahkan duduk" Den Yanto ? Ia memanggilku den , tidak lagi "nak" seperti dulu .

      Aku tertarik pada bocah sebelah Sumarni . Entah mengapa aku ingin menegurnya . Apakah matanya mirip dengan sari ? Jangan-jangan ini anaknya . 
   "Siapa namamu cah ayu ? " Tanyaku sambil menjawil pipinya .
"Yanti..." Jawabnya dengan kenes . 
          Aku duduk tidak jauh dari kursi pengantin . Mataku mengembara ke seluruh penjuru ruangan . Dimanakah Sri ? Mustahil dia tidak hadir di pesta perkawinan adiknya sendiri . Ia pasti di sekitar tempat ini , pikirku . Ya kalaupun ia dibawa suaminya tinggal ditempat lain ,ia pasti pulang untuk perkawinan ini . 

      Seperti apakah ia sekarang ?gemukkah ? Kuruskah ? Jantungku berdegup semakin keras . Rasanya aku masih seorang pemuda SMA ,pacar Sri . Aku merasakan detak jantungku yang sama setiap menunggu Sri keluar membawakan teh untukku dulu . Sri biasanya keluar dari dapur , lalu ia tersenyum manis untukku , dengan dekik di pipinya . Kemudian ia akan melenggang dengan luwenya menghampiriku . Meletakkan wedang teh dan duduk di hadapan ku . Kemudian ia tersenyum lagi ,dan rasanya aku menjawil pipinya . 

       Deg ! Itulah Sri . Ia membawa nampan , isinya pasti wedang teh untukku . Eh , untuk para tetamu . Jantungku makin berdebar keras . Perempuan itu makin kelihatan  berisisekarang dan rambutnya digelung . Ia mengenakan kebaya hijau dan kain lurik . Aku menatapnya lekat-lekat alisnya masih mbusur...., Matanya masih......
"Mas Yanto.....", Sri menyapaku
Aku berusaha tersenyum berusaha membesarkan hatiku . "Apa kabarmu Sri ?"
"Baik mas" jawab Sri tertunduk
"Mana Suamimu ?"
Sri tidak menjawab . Ia menoleh ke arah pelaminan , lalu menunjuk . "Itu Anakku mas". Bocah itu sambil tersenyum melihat ibunya . Aku melambaikan tangan ke arahnya dan senyum itu semakin lebar .
"Mana si dia , mas?" " Kok Ndak dibawa"
Aku hanya mengangkat bahu .
"Pasti cantik ,ya mas ? Siapa namanya ?"
          Sejenak aku terdiam . Ada rasa sakit didadaku . Aku tahan sambil menenangkan hatiku , "Rapopo......Rapopo" berulang-ulang .
"Mosok namanya saja Ndak boleh tahu ? "
     Aku sedikit gugup ."ng.....anu , Santi" 
      Sri kelihatan kecewa . Ia menunduk lagi . "Sudah ya mas , Sri masuk dulu " ujarnya seraya membalikkan badan dan masuk kedalam . Ia tak pernah keluar lagi . Sampai aku pulang lewat pinggir kali menjelang sore hari .

         Sore hari  ,di pinggi kali . Disinilah aku dulu biasa mancing  bersama Ngadiman . Aku ingat , anak itu pintar sekali memancing ,sedangkan kau lebih banyak sialnya. 
          Kini aku duduk dibawah pohon asem tidak jauh di sana tampak beberapa orang perempuan sedang asyik mencuci , sambil bergunjing . Suara cekikan mereka bercampur dengan gemercik air . 
        Sri ! Ah , dia tidak banyak berubah . Sudah memiliki anak pun masih kelihatan singset . Dia kelihatan lebih dewasa sekarang . Sayang , dia sudah milik orang lain . ' Semoga kamu bahagia ,Sri" doaku setengah ikhlas setengah tidak .
 

         "Khasihan , lho Sri "
Aku tersentak mereka menggunjingkan Sri . Aku menajamkan telinga berusaha nguping .
"Ari yang mana ?"
"Itu lho anaknya pak Karto yang kemarin mantu"
"Memangnya kenapa ?"
"Lha kan dia janda ....."
Hampir aku meloncat karena kaget .janda ! Jadi Sri sudah janda . Ah...tidak mungkin . Tapi..... " Kemarin kan bekas pacarnya yang dulu ikut njagong manten" .
"Yang mana sih bekas pacarnya"
"Kamu itu giman toh ? Itu lho ,den Yanto ,putranya ndoro camat "
"Oooooo"
                  "Sekarang gagah , lho sebentar lagi sarjana. pak Karto ingin anak-anaknya cepat dikawin ,yo bubar . Udah gitu , Wee malah dikawin sama si Tumin sontoloyo . Setahun , terus cerai .lha Tumin intu kan tukang judi ,tukang minum lagi "
"Coba jadi sama den Yanto ,kan untung banget . Priyayi lho . Dasar nasibnya jelek , mau untung malah buntung ."
Jadi Sri sudah bercerai dari suaminya ? . Malang benar nasibnya . Pantas , ketika kutanya tentang suaminya ia malah mengalihkan persoalan . 

           Aku tengadah pada matahari yang sinarnya mulai redup . Kukeluarkan dompetku . Ada potret Sri di situ . Ia tersenyum manis , dengan dekik di pipinya . Potretmu selalu tersenyum manis .
       Adapun Santi ? Oh ! ....... Haruskan ku katakan bahwa santi itu tidak pernah ada ? .



Tamat



Demikian contoh cerpen yang saya berikan . Semoga bisa bermanfaat dan mudah dipahami oleh pembaca . Tetap kunjungi blog ini untuk mendapatkan berbagai ilmu bermanfaat . 
Sekian dan Terimakasih
Wassalamualaikum wr.wb




Demikian cerpen yang saya berikan ,  . Semoga dapat bermanfaat dan mudah dipahami oleh pembaca . Tetap ikuti Laman ini untuk mendapat informasi ilmu yang berguna .

Sekian dan terima kasih
Wassalamualaikum wr.wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar