Contoh cerpen dengan judul "harga diri"

 Assalamualaikum wr.wb

Kali ini saya akan membagikan Cerpen yang berjudul "Harga Diri " oleh Muchwardi Muchtar . Mari kita simak isi cerpen di bawah ini .

Harga Diri

         Sebutulya saya ini orangnya melarat . Buktinya sudah hampir sepuluh tahun saya merantau cari makan di Jakarta , sebuah rumah yang wajar saya belum punya . Apalagi rumah ukuran real estate itu . Kalau dulu presiden kita pernah mengumumkan , bahwa tiga dari sepuluh penduduk RI berada di bawah kemiskinan , terus terang saja , saya termasuk kelompok ketiganya itu . 
          Sungguh pun demikian , saya meras masih bahagia dan lebih kaya dibandingkan dengan saudara saya yang tidur di kolong-kolong jembatan atau emper toko . Sebab sampai hari ini saya belum pernah merasakan apa itu rasa lapar . Maklum , jelek-jelek orang tua saya lelaki masih ada jaminan hari tuanya dari departemen tempat beliau mengabdi selama tiga puluh tahun . Coba bandingkan dengan saudara-saudara saya yang diseret nasib tidur bergelandangan dari emper ke emper. Jangankan kelaparan ,puasa tiga hari nonstop pun telah menjadi acara rutin bagi mereka . 
              Suatu sore saya pernah kedatangan tamu yang tak diundang . Waktu itu saya sedang duduk rileks di beranda rumah ,sambil makan roti tawar . Tiba tiba seorang pengemis lelaki menyodorkan telapak tangannya pada saya . Orangnya kurus kering , pakaiannya dekil dan bertambal sana-sini . "Sedekah tuan .kasihanilah orang tak punya". Demikian sang pengemis melontarkan premis kepada saya .
             Mungkin karena saya masih diam dan bermuka tak damai ,kembali pengemis mengadakan tangan dengan menyakinkan .
          "Tolonglah beri makan sedikit saja ,tuan. Dari kemarin saya belum makan ,lapar tuan ". 
          Terdorong oleh perasaan kemanusiaan yang sama-sama punya hak atas hasil bumi Nusantara yang berdiri . Lalu sepotong roti tawar saya comot  dari piring . Lantas roti itu saya lemparkan kepadanya . Pas jatuh di lantai dekat kakinya .
        Saya kira ia akan cepat-cepat menerkam roti itu dan dengan rakusnya melumatnya habis . Sebab ia lapar bukan ? Eh , taunya pengemis itu tertegun .  Matanya yang tadi satu melebihi mata seorang Morphinis , kini menetap saya tajam ..sambil menyeka keringat kelaparan yang meleleh dikening nya , pengemis itu berkata dengan sopan kepada saya .
        " Maaf tuan , saya memang lapar . Tetapi cara tuan memberi saya tadi mengakibatkan saya kenyang . Terima kasih tuan " . Kemudian ia berlalu . Sempat saya lihat bapak pengemis yang berusia 40 tahun ini berlinang air mata. 
      Entah berapa lama saya tertegun - kehilangan Sukma , setelah kepergian pengemis itu ,saya tidak begitu tahu . Yang jelas apa barusan terjadi akibat kekasaran saya cukup berkesan .
        Saya terpukul , saya malu pada diri sendiri . Baru punya GNP $240 ,soknya bukan main . Entah mengapa , tiba tiba mata saya berkaca-kaca . Saya sungguh menyesal . Beribu sesalan mengalir waktu itu  .
         Sadarlah saya . Segembel-gembelnya seorang gelandangan , toh masih kenal bahwa hidup bukanlah kebun binatang . Pengemis tadi meskipun lapar ,meskipun ia lebih miskin darisaya , ternyata ia masih punya harga diri . Suatu hal yang tadinya saya abaikan . 
          Mengingat itu , saat itu saya juga merapat menyesal diri . Memang saya ini manusia tak beradab . Sia-sialah tiap hari saya mengenakan pakaian rapi dan sesekali pakai dasi ke pesta kawan , ternyata saya melebihi kasarnya manusia jaman purba . Lebih biadab rasanya dibandingkan dengan nenek moyang saya yang berasal dari Hindia belakang .



 Selesai.







Demikian isi cerpen dari saya ,semoga bisa bermanfaat bagi pembaca . Ikuti terus blog ini agar mendapatkan berbagai ilmu yang bermanfaat . 
Sekian dan terima kasih
Wassalamualaikum wr.wb 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar